I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia mempunyai naluri dasar yang mengendalikan dan mengarahkan perilakunya agar dapat bertahan dari segala macam ancaman, yaitu hubungan sex, makan, pertahanan diri, dan pertahanan kelompok terhadap serangan dari luar.
Menurut Sigmund Freud, ada dua jenis naluri atau insting, yaitu insting seksual atau libido (untuk kelangsungan keturunan dan kelangsungan jenis) dan insting ego (untuk kelangsungan hidup atau preservasi) misalnya lapar dan haus. Dalam perkembangan selanjutnya menjadi insting seksual atau insting kehidupan atau eros (membangun dan berkembang) dan insting kematian atau insting agresi atau tanatos (Shaffer, 1994).
Dalam diri pribadi pun tak luput dari berkembangnya insting. Adalah William McDougall yang mengakui adanya banyak insting, ianya sebagai disposisi bawah (bakat) yang mengarahkan perhatian, perasaan, dan perilaku dalam cara-cara tertentu. Arahan dari insting ini adalah tujuan dari perilaku. Tidak ada perilaku tanpa tujuan. Misalnya, burung membuat sarangnya secara alamiah (secara bawaan) karena tidak ada yang mengajari. Tujuan prilaku membuat sarang itu adalah tujuan insting atau naluri itu sendiri, yaitu untuk melindungi anak-anaknya agar jangan dimakan hewan pemangsa lain.
Clark Hull pada tahun 1943 meluncurkan konsep “dorongan” (drive) yang berhubungan dengan kebutuhan fisiologik, misalnya lapar. Dorongan untuk makan, berkembang menjadi dorongan tingkat dua yaitu makan nasi (tidak kenyang kalau belum makan nasi walau sudah makan roti). Kemudian berkembang lagi menjadi dorongan tingkat tiga; yaitu makan nasi padang. Dorongan tingkat empat; makan nasi padangdi restoran “Simpang Raya” yang terkenal enak, dan seterusnya.
Dalam diri kita, banyak kebutuhan yang harus kita penuhi. Kepuasan tidak hanya didapat kalau kita sudah mendapatkan apa yang kita inginkan tetapi kita ingin lebih lagi untuk memiliki apa-apa yang ada di benak kita, walaupun kita mengetahui bahwa untuk mencapai tujuan itu tidak sedikit yang kita keluarkan agar tercapainya tujuan itu.
B. PERMASALAHAN
Setelah kita membahas berbagai pendekatan dan pendapat mengenai kebutuhan manusia, dari uraian latar belakang dan judul diatas maka untuk mengetahui lebih jauh tentang analisa diri pribadi dikaitkan dengan beberapa teori motivasi dalam peningkatan kinerja, penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: "Bagaimana aplikasi motivasi terhadap kebutuhan diri terhadap anggota Polri agar terpenuhi segala kebutuhan hidupnya?"
II. PEMBAHASAN
Definisi tentang kepribadian yang paling banyak dianut di Indonesia adalah dari GW.Allport (1971), yaitu:
“Personality is the dynamic organization within the individual of those psychophycal systems that determine his unique adjustments to his environment”.
Jadi berdasarkan definisi diatas kepribadian mempunyai unsur-unsur sebagai berikut:
1. Ia adalah organisasi yang dinamis. Jadi tidak statis, tetapi selalu berubah setiap waktu.
2. Organisasi itu terdapat dalam diri individu. Jadi, tidak meliputi hal-hal yang berada di luar individu.
3. Organisasi itu terdiri dari sistem psikis (menurut Allport, yaitu sifat, bakat, dan sebagainya) dan sistem fisik (anggota dan organ-organ tubuh) yang saling terkait.
4. Organisasi itu menentukan corak penyesuaian diri yang unik dari tiap individu terhadap lingkungannya.
Dalam diri pribadi, kita selalu membutuhkan sesuatu, baik menyangkut kebutuhan psikologis, kebutuhan akan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan akan penghargaan serta kebutuhan akan aktualisasi diri. Untuk mencapainya kita memerlukan suatu tindakan untuk memacu diri kita sendiri agar keinginan-keinginan tersebut dapat kita penuhi. Hal tersebut yang kita namakan motivasi. Motivasi merupakan konsep yang digunakan untuk menggambarkan dorongan-dorongan yang timbul pada atau didalam seorang individu yang menggerakan dan mengarahkan perilaku. Konsep ini digunakan untuk menjelaskan perbedaan-perbedaan dalam intensitas perilaku mengenai perilaku yang lebih intens sebagai hasil dari tingkat motivasi yang lebih tinggi dan juga untuk menunjukan arah tindakan.
Sebagai diri pribadi, anggota Polri, juga merupakan manusia yang berkeinginan dan berkehendak. Dalam diri kita perlu untuk memenuhi kebutuhan psikologis menyangkut fisik seperti kalau kita lapar, haus atau membutuhkan sex untuk kelangsungan keturunan. Kita juga memerlukan tempat tinggal sebagai tempat berlindung dari kekuatan alam baik itu hujan, panas, angin, badai, dll. Dalam kehidupan sosial bermasyarakatpun kita membutuhkan pertemanan, kita ingin dicintai dan disayangi, dll. Dan sebagai anggota Polri, status kita sebagai personil Polri pun perlu adanya penghargaan maupun promosi jabatan agar kehidupan kita semakin baik . Semua ini kita perlukan namun untuk mendapatkannya tidak secara mudah seperti membalikkan telapak tangan. Kita memerlukan pembuktian diri bahwa kita mampu untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab kita sebagai anggota Polri. Pembuktian diri tersebut dijalankan dengan melaksanakan tugas kita dengan sebaik-baiknya. Dari cara pandang tersebut, seorang pimpinan dapat menilai kita dengan berdasarkan teori McGregor yaitu X dan Y. Apakah kita termasuk tipe X, malas, nakal atau bersifat negatif ataukah Y, rajin, punya rasa keingintahuan tinggi atau bersifat positif. Kalau pimpinan kita beranggapan kita termasuk tipe X maka mungkin dia akan menerapkan peraturan baku, pengawasan yang ketat dan penjatuhan sanksi atau hukuman terhadap kita kalau kita lalai. Namun kalau pimpinan beranggapan kita termasuk tipe Y mungkin pimpinan akan melonggarkan pengawasan, memberikan tugas yang menantang serta memberikan promosi bagi jabatan kita. Sebenarnya sebagai insan Polri yang berpegang teguh pada Tri Brata, kita ingin mengerjakan pekerjaan kita dengan sebaik-baiknya. Kita ingin dipuji hasil pekerjaan kita apabila memuaskan dan ingin dikritik atau diluruskan pekerjaan kita apabila masih belum memuaskan pimpinan. Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan pekerjaan yang dapat mempengaruhi kepuasan anggota Polri (internal) dan beberapa faktor lainnya yang dapat mencegah terjadinya kepuasan kerja (eksternal), hal ini termasuk dalam teori dua faktor dari Frederick Herzberg.
Faktor yang pertama adalah motivators, yaitu faktor-faktor yang berhubungan dengan isi pekerjaan itu sendiri seperti tugas yang kita kerjakan dengan baik, pengakuan kemampuan dan prestasi kerja oleh rekan sejawat maupun oleh institusi serta diberikan kesempatan berkarir yang pasti yang tentunya sesuai dengan keinginan kita. Faktor yang kedua adalah hygienes, yaitu faktor-faktor yang berhubungan dengan lingkungan dimana pekerjaan tersebut dilakukan seperti kebijakan organisasi yang memberikan keleluasan kita untuk berimprovisasi di lapangan sesuai dengan teori-teori dari lembaga pendidikan tempat kita pertama menjadi anggota Polri, kondisi kerja yang kondusif serta budaya organisasi yang mementingkan kesejahteraan anggota serta gaji atau reward yang pantas diberikan atas kinerja kita yang baik. Dari beberapa hal tersebut, sebenarnya kita mempunyai 3 kebutuhan sebagaimana McClelland katakan dalam teori kebutuhan yaitu prestasi, kekuasaan dan afiliasi. Dari tiga kebutuhan tersebut kita tentunya memiliki prioritas atas kebutuhan yang kita inginkan sehingga semua itu dapat tercermin melalui perilaku individu tersebut. Kita tentunya dalam bersosialisasi dan bekerja tentunya menghindari adanya konflik antar sesama teman, bawahan dan atasan. McClelland menyatakan itu sebagai tipe nAch tinggi, dimana seseorang yang memiliki kebutuhan akan prestasi yang dominan dalam hidupnya yang biasanya berprilaku senang perlombaan, ingin lebih unggul dari orang lain, memiliki perencanaan yang matang dalam menghadapi tantangan. Dari pekerjaan-pekerjaan yang telah kita kerjakan tersebut, tentunya kita mengharap bahwa pimpinan akan memperhatikan kita. Victor Vroom menyatakan ini sebagai teori pengharapan, dimana dibahas bahwa seseorang berprilaku tertentu yang sesuai dengan keinginan organisasi adalah sebagai akibat adanya pengharapan bahwa perilaku tersebut akan diikuti oleh hasil tertentu yang sesuai dengan pengharapannya. Tentunya kita akan bertanya-tanya apakah upaya tinggi yang saya berikan akan menghasilkan penilaian kinerja yang tinggi oleh pimpinan saya? Apakah penilaian kinerja yang tinggi tersebut akan menghasilkan promosi buat saya? Dan apakah promosi yang saya terima tersebut sudah sesuai dengan harapan saya? Ini semua terpulang kembali pada diri kita pribadi bagaimana menyikapinya. Ini semua tergantung kembali pada motivasi kita untuk memacu kinerja kita sebagai anggota Polri agar lebih baik dan profesional.
III. PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kinerja diri pribadi sebagai anggota Polri yang merupakan dasar kinerja organisasi dalam pencapaian tujuannya itu, saat ini masyarakat masih belum merasa puas atas kinerja yang dilakukan oleh kita sebagai personil Polri. Hal ini disebabkan kinerja Polri yang belum secara maksimal melaksanakan tugasnya atau dapat dikatakan motivasi untuk melaksanakan tugas masih kurang.
Teori Motivasi yang dinyatakan oleh banyak pakar, apabila diaplikasikan secara benar terhadap kinerja yang dilakukan Polri, maka akan sangat berpengaruh terhadap peningkatan kinerja Polri, khususnya satuan kerja yang memakai tenaga kita. Peningkatan kinerja ini disebabkan adanya motivasi yang mendorong dalam diri individu dengan kesadarannya untuk melaksanakan tugas dengan baik. Dari beberapa landasan teori pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya kita mempunyai beberapa kebutuhan yang sangat dominan dalam pencapaian tujuan hidup.
Sebagai manusia biasa, tentunya kebutuhan utama kita adalah pemenuhan kebutuhan psikologis, dimana kita bekerja untuk memperoleh pendapatan yang layak sehingga kita dapat makan dan minum serta mempunyai tempat tinggal yang layak, setelah itu terpenuhi kitapun tidak melupakan hasrat kita untuk berketurunan yaitu menikah. Sebagai anggota Polri, tentunya kita mempunyai kebutuhan yang dominan yaitu Type Y (tipe anggota yang rajin, keingintahuan yang tinggi atau bersifat positif) dan Motivators yaitu faktor-faktor yang berhubungan dengan isi pekerjaan itu sendiri seperti tugas yang kita emban, pengakuan kemampuan dan prestasi kerja oleh rekan kerja maupun organisasi serta kesempatan karir yang pasti. Tentunya sebagai akumulasi dari teori-teori motivasi itu kita memiliki pengharapan bahwa perilaku tersebut akan diikuti oleh hasil tertentu yang sesuai dengan pengharapannya.
B. SARAN
Agar didalam melaksanakan tugas terdapat adanya peningkatan kinerja, maka penulis menyarankan :
1. Menentukan kebutuhan apa yang dapat memacu prestasi personel yang diinginkan.
2. Mampu menawarkan imbalan (insentif) yang berarti guna membantu personel Polri dalam memuaskan kebutuhannya.
3. Memberikan penghargaan (reward) terhadap anggota yang melaksanakan kinerja dengan baik dan memberikan sanksi (punishment) terhadap anggota yang melanggar.
4. Dalam menempatkan personel harus disesuaikan dengan kemampuan dan keterampilannya.
5. Melakukan pembinaan bukan berarti dengan menyingkirkan personel yang bersangkutan, namun harus dipedomani prinsip pembinaan karir yang memotivasi personel tersebut bukan mematikan karir secara perlahan-lahan.
6. Mengedepankan kinerja dalam pola pembinaan karir personel, bukan atas kedekatan pada pimpinan walaupun faktor eksternal tersebut dibutuhkan sebagai pertimbangan seleksi, karena dengan demikian akan memacu motivasi personel untuk menunjukkan kinerjanya pada organisasi.
Kamis, 24 Februari 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar