Sabtu, 21 Agustus 2010
SAMBUT LIGA SUPER INDONESIA 2010/2011
Tak terasa Djarum Indonesia Super League 2009/2010 telah usai dengan melahirkan Arema Indonesia sebagai kampiunnya. Pertarungan menuju tangga juara sepertinya tidak dapat diduga sebelumnya, dimana juara bertahan Persipura Jayapura yang semula diunggulkan sebagai calon juara, ternyata pada pertengahan musim tersalip oleh kedigdayaan Arema Indonesia. Padahal sebelumnya kekuatan Arema tidak terpikirkan oleh lawa-lawannya, ini dimaklumi karena saat itu Arema diperkuat oleh pemain-pemain muda yang sebenarnya miskin pengalaman ISL, ditambah pelatih baru Robert Rene Alberts yang masih belum mengetahui kualitas kompetisi Indonesia. Namun kekurangan ini berhasil ditutupi oleh semangat profesional Arema untuk membangun tim muda berkualitas ditambah dengan dukungan suporter Aremania yang seharusnya menjadi contoh pembinaan suporter-suporter klub lain di Indonesia agar sepakbola profesional Indonesia menjadi tontonan yang berkualitas dan menghasilkan prestasi.
Menilik balik kompetisi ISL 2009/2010 mungkin menjadi pelajaran bagi PT. BLI untuk mengemas kompetisi 2010/2011 menjadi lebih baik lagi. Ini dimaksudkan agar kompetisi ISL tetap menjadi titik tolak pembangunan sepakbola nasional menuju kompetisi yang profesional dan berkualitas. Ada beberapa hal yang menjadi nilai negatif dari ISL 2009/2010, yaitu:
1. Jadwal
Sudah bukan rahasia lagi kalau salah satu sebab carut marutnya kompetisi ISL 2009/2010 adalah jadwal pertandingan yang tidak sinkron. Ketidaksinkronan jadwal pertandingan ini turut dipersulit dengan agenda politik yang berbarengan seperti Pilkada, peringatan hari besar nasional, rapat paripurna DPR/MPR, atau demonstrasi yang menyedot perhatian nasional. Kesemua agenda politik ini selalu akrab dengan kekisruhan, sehingga otomatis aparat keamanan akan terfokus pengamanannya untuk mengantisipasi kelancaran agenda politik tersebut, dengan demikian pertandingan sepakbola menjadi terhambat karena ditolak perizinannya. Mungkin ada baiknya meniru jadwal kompetisi negara-negara maju di persepakbolaan seperti Inggris, Perancis, atau Belanda dimana negara mereka selalu memulai musim kompetisinya di bulan Agustus dan diakhiri pada bulan Mei. Sedangkan bulan Juni s/d Juli biasanya dimanfaatkan untuk kepentingan nasional seperti ujicoba persahabatan atau mengikuti turnamen antarnegara. Agar manajemen klub tidak mengeluh padatnya jadwal, ada baiknya ISL bermain pada hari Sabtu dan Minggu, sedangkan hari Rabu digunakan hanya untuk 1 atau 2 pertandingan saja. Saya rasa dengan jadwal sedemikian akan mengurangi kepadatan pertandingan dan juga bisa mengistirahatkan pemain ketimbang mereka harus menyelesaikan 2 sampai 3 pertandingan dalam waktu seminggu. Tentunya ini akan menjadi preseden buruk juga bagi persiapan timnas, dimana fisik pemain akan kendor dan saat pertandingan yang justru sangat krusial akan kehabisan tenaga, dan akhirnya kembali pihak klub menyalahkan jadwal yang ketat sebagai biang keladinya.
2. Perizinan
Gagalnya sejumlah pertandingan dilaksanakan karena proses perijinan mereka dengan pihak keamanan dalam hal ini kepolisian yang menemui kendala. Kendala tersebut karena masalah suporter anarkis, berbarengan dengan agenda politik, atau tidak ada pemberitahuan revisi jadwal. Mungkin ada baiknya pihak klub pada saat rehat kompetisi mengambil inisiatif untuk mengumpulkan korwil-korwil mereka untuk mengajarkan cara mensupport klub dengan cara yang elegan dan menanggalkan kekerasan untuk mendukung klub, kemudian PT.BLI ada baiknya bekerjasama dengan kepolisian untuk meminta jadwal agenda politik tetap seperti Pemilu, Pilkada atau Pilpres sehingga dalam menyusun jadwal bisa menghindari kegiatan yang berbarengan tersebut.
3. Infrastruktur Stadion
Dalam salah satu klausul verifikasi ISL salah satunya adalah kualitas stadion. Saya rasa tepat sekali apabila klausul tersebut tetap menjadi patokan bagi klub-klub yang ingin berkiprah di ISL, karena sepanjang mata memandang stadion-stadion kita nampaknya sudah tidak layak untuk menyelenggarakan pertandingan dengan label profesional. Disamping kapasitas yang tidak memadai, masih ditambah dengan umur stadion tersebut yang sudah tua. Apabila dibandingkan dengan stadion-stadion kelas dua di Eropa atau Korea dan Jepang, jelas stadion kita sekelas dengan lapangan distrik disana. Sudah seharusnya pihak Pemda melihat pembangunan stadion menjadi salah satu daya tarik daerah mereka untuk dijual ke khalayak. Apalagi dengan adanya siaran langsung televisi, sudah barang tentu menjadi aspek bisnis yang segera dimanfaatkan. Mungkin pihak Pemda yang berkompeten dalam bidang ini bisa melakukan studi banding pembangunan stadion di luar negeri, agar bisa menggunakan dana APBD guna membangun stadion baru di lahan yang lebih luas. Stadion yang nantinya dibangun harus memperhatikan aspek kenyamanan, keamanan, bisnis, dan kegunaan. Ada bagusnya di dalam stadion bisa menjadi museum sepakbola klub yang bersangkutan, disitu bisa diletakkan memorabilia klub dari saat berdiri sampai sekarang, kemudian stadion bisa menjadi wisata sepakbola dimana pada hari-hari tertentu turis domestik bisa berkeliling stadion. Lengkapi stadion tersebut dengan fasilitas restoran dan merchandise shop yang menjual atribut-atribut klub, serta fasilitas-fasilitas lainnya layaknya mall. Konsep ini sudah dijalankan di stadion Emirates milik Arsenal, Alianz milik Bayern Muenchen, atau San Siro di Milano. Dengan demikian klub memiliki pemasukan lain diluar tiket masuk dan hak siar, yang bisa digunakan untuk pemeliharaan infrastruktur atau menggaji pemain, dengan demikian bisa melepas APBD sebagai pemasukan bagi klub.
Ditambahkan juga, kualitas rumput stadion haruslah menjadi perhatian bagi kontraktor atau manajemen stadion, dengan kualitas rumput yang bagus maka pertandingan akan enak untuk ditonton. Tidak seperti kebanyakan stadion kita yang keluhannya hampir seragam, permukaan yang tidak rata dan rumput yang gundul.
4. Konflik antar suporter
Konflik antar suporter bukan hanya terjadi di negara kita saja, di negara-negara lain selalu saja ada pertikaian antar suporter ini. Di Italia kita mengenal Ultras sebagai suporter garis keras, atau di Inggris yang terkenal dengan hooligans-nya, dan di Jerman dengan kelompok skinhead. Namun skala pertikaian mereka tidak sampai menyebar ke seluruh kota, dibandingkan dengan di Indonesia. Disini, sudah didalam stadion rusuh masih ditambah di sekitar kota atau bahkan perjalanan ke kota asal pun bisa juga rusuh. Ada baiknya masing-masing klub memberikan pembelajaran bagi korwil suporter untuk dapat bertindak profesional dan mengesampingkan tindakan-tindakan mendukung klub yang mengagungkan kekerasan, masukkan filosofi kalah-menang dalam pertandingan adalah hal yang biasa. Suporter kadang bertindak anarkis kadang dipengaruhi oleh tingkah laku pemain atau ofisial yang turut memancing emosi, ada baiknya para pemain dan ofisial diajarkan terlebih dahulu peraturan-peraturan FIFA tentang pertandingan dan cara menyampaikan keberatan ke pengawas pertandingan, bukannya memancing suporter untuk mengiyakan tindakan anarkis pemain kepada suporter.
5. Pemain muda
Salah satu kekurangan yang disadari oleh sepakbola kita adalah Indonesia kekurangan pemain muda yang berbakat. Memang banyak pemain-pemain muda di berbagai SSB yang tersebar, namun karena pola pembinaan mereka yang tidak seragam, maka terkadang pada saat pemain tersebut akan diorbitkan ke tim senior penyakit demam panggung mereka pun muncul, sehingga tak jarang pelatih menyingkirkan mereka ke kursi cadangan. Mungkin tak habis pikir ketika tim kelompok umur bermain di luar negeri mereka dapat mencapai hasil bagus (Piala Danone 2007 peringkat 4, dan Gothia Cup 2010 babak ketiga), namun saat bermain di tim senior mereka langsung melempem. PSSI masih menyukai pola-pola instan seperti mengirim pemain muda mengikuti kompetisi di luar negeri atau dititipkan pada klub primavera ketimbang mengembangkan pembinaan usia dini. Tersebarnya SSB di seluruh Indonesia harusnya disikapi oleh klub-klub dengan membentuk pembinaan pemain muda sesuai kelompok umur yang dimaksudkan sebagai stok pemain klub ISL. Konsep akademi La Masia milik Barcelona mungkin dapat dijadikan contoh, dimana mereka dikumpulkan dalam kelompok-kelompok umur untuk kemudian setahun sekali diadakan ujian untuk kenaikan tingkat, yang sesekali di usia tertentu bagi mereka yang berbakat dapat diajak bergabung di klub senior. Jadi misalnya Persija membentuk Persija U-10, U-12, U-14, U-16, dan U-18. Pembiayaan klub bisa berasal dari iuran perbulan dari masing-masing siswa atau dari donasi perusahaan mitra klub. Dengan demikian akan dapat dihasilkan pemain-pemain lokal yang berkualitas karena secara berjenjang pemain tersebut dipantau sejak umur 10 tahun sampai 18 tahun sebelum diorbitkan mengikuti kompetisi ISL U-21 dan ISL.
6. Pemain Asing
Konsep 3+2 untuk pemain asing saya rasa cukup baik, namun ada baiknya kita mengikuti manual AFC dimana saat kompetisi antarklub Asia yang dipakai adalah konsep 3+1 (3 pemain non-Asia dan 1 pemain Asia). Ini dimaksudkan agar kita tidak gelagapan saat mendaftarkan pemain apabila kualitas pemainnya setara. Kemudian ada baiknya pihak manajemen klub memanfaatkan teknologi internet untuk mencari CV pemain asing incarannya. Situs-situs sepakbola seperti transfermarkt, soccerway, zerozerofootball, atau afc bisa dijadikan dasar bagi klub untuk mentransfer pemain. Yang saya perhatikan ada beberapa pemain asing yang kurang familiar dan tidak terdapat CV-nya di internet dijadikan personel klub hanya karena dia berasal dari Brasil atau Argentina saja, namun tidak jelas dia sebelum di Indonesia bermain dimana, level klub yang diikutinya, atau kualitas pemain tersebut. Ada banyak pemain timnas dari negara-negara kelas dua seperti El Salvador, Honduras, Lebanon, Liberia, Mozambik, Marokko, atau Aljazair yang bisa dijajaki oleh klub-klub Indonesia. Pemain-pemain tersebut bisa dibrowsing dari internet termasuk CV dan kisaran harganya, tentunya kisaran harganya yang sesuai dengan kantong manajemen klub dan durasi kontrak seharusnya bukan setahun namun memakai musim kompetisi. Untuk pemain asing ada baiknya memakai konsep dari AFC yaitu 3+1 saja, dengan maksud kuota 1 pemain asing bisa dipakai pemain lokal. Disamping efisiensi klub, juga agar tidak mubazir apabila mengikuti kompetisi antarklub Asia. Ada beberapa pemain asing yang mungkin bisa menjadi patokan bagi klub-klub untuk direkrut, mereka saya dapat dari mem-brows internet dan kisaran harganya dibawah USD 150.000 (Rp. 1,35 milyar), diantaranya:
Zona Amerika Selatan:
Walter Martinez (Honduras) klub Marathon umur 28 th (midfielder)
Isidro Gutierrez (El Salvador) klub Municipal Limeno umur 20 th (forward)
Danny Torres (El Salvador) klub Atletico Marte umur 22 th (forward)
Rolando Bogado (Paraguay) klub Rubio Nu umur 26 th (defender)
Cristian Bogado (Paraguay) klub Rubio Nu umur 23 th (midfielder)
Matias Escobar (Argentina) klub Atletico Tucuman umur 28 th (midfielder)
Matias Villavicencio (Argentina) klub Atletico Tucuman umur 28 th (defender)
Martin Seri (Argentina) klub San Martin de San Juan umur 26 th (midfielder)
Zona Afrika:
James Zotiah (Liberia) klub Black Star Liberia umur 22 th (midfielder)
Seleman Kombo (Liberia) tanpa klub umur 20 th (midfielder)
Campira (Mozambique) klub Maxaquene umur 28 th (defender)
Mauricio (Mozambique) klub Liga Muculmana umur 26 th (forward)
Joauad Akaddar (Maroko) klub Moghreb Tetouan umur 25 th (forward)
Abdellah Lahoua (Maroko) klub Difaa el Jadida umur 24 th (midfielder/Maroko U-23)
Iles Ziane Cherif (Aljazair) klub ASO Chlef umur 26 th (defender)
Youcef Ghazali (Aljazair) klub WA Tlemcen umur 22 th (forward)
Mohammed Boussefiane (Aljazair) klub NA Hussein Dey umur 25 th (forward)
Hocine Fenier (Aljazair) klub CR Belouizdad umur 27 th (forward)
Sam Obi Metzger (Sierra Leone) klub Tampere (Finlandia) umur 22 th (forward)
Mohammed Boussefiane (Aljazair)
Zona Asia:
Teeratep Winothai (Thailand) klub BEC Tero Sasana umur 25 th (forward)
Suchao Nutnum (Thailand) klub Buriram PEA umur 26 th (midfielder)
Ponlawat Wangkahad (Thailand) klub TOT Cat umur 23 th (defender)
Le Cong Vinh (Vietnam) klub T & T Hanoi umur 24 th (forward)
Shakhboz Erkinov (Uzbekistan) klub Shurtan Guzar umur 23 th (forward)
Sohib Savankulov (Tajikistan) klub Vakhsh umur 21 th (defender)
Kim Dae-kyun (Korsel) klub Gimhae FC umur 22 th (midfielder)
Park Tae-gyu (korsel) klub Gimhae FC umur 20 th (forward/Korsel U-20)
Shin Dong-bin (korsel) klub Yesan FC umur 25 th (defender)
Kim Yong-han (korsel) klub Nowon Hummel FC umur 24 th (forward)
Choi Chang-yong (korsel) klub Nowon Hummel FC umur 24 th (defender)
Lee Jung-yong (korsel) klub Ulsan Mipo Dockyard umur 27 th (midfielder)
Chu Jung-hyun (korsel) klub Yongin City FC umur 22 th (midfielder)
Teeratep Winothai (Thailand)
Zona Eropa:
Denis Calincov (Moldova) klub Khazar Lankaran umur 24 th (forward)
Justine Tahapary (Belanda) klub FC Eindhoven umur 25 th (defender)
Ashwin Manuhutu (Belanda) klub BV Veendam umur 26 th (defender)
Danijel Kozul (Bosnia) klub Siroki Brijeg umur 22 th (midfielder)
Sanid Mujakic (Bosnia) klub Travnik umur 22 th (forward)
Emir Obuca (Bosnia) klub NK Celik Zenica umur 31 th (forward)
Nikola Cesarevic (Serbia) klub BSK Borca umur 26 th (midfielder)
Davor Bubanja (Slovenia) klub FC Luka Koper umur 22 th (forward)
Johannes Zwickl (Jerman) klub FC Memmingen umur 26 th (defender)
Andreas Rucht (Jerman) klub FC Memmingen umur 22 th (forward)
Niko Rummel (Jerman) klub SG Sonnenhof Grossaspach umur 24 th (forward)
Rene Greuter (Jerman) klub SC Pfullendorf umur 21 th (forward)
Julian Schmidt (Jerman) klub SC Verl umur 24 th (defender)
Mariusz Rogowski (Polandia) klub SC Weidenbruck 2000 umur 30 th (defender)
Altan Arslan (Turki) klub SC Weidenbruck 2000 umur 24 th (midfielder)
Denis Calincov (Moldova)
Sanid Mujakic (Bosnia Herzegovina)
Referensi:
olahraga.kompasiana.com
www.transfermark.de
eni-news.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar